Judul di atas saya ambil dari obrolan dengan seorang teman sesama pecinta silat, pada suatu kesempatan. Saya menjadi tertarik dengan pernyataan ini karena :
Belajar adalah suatu kodrat manusia yang tidak bisa dielakan, bagaimanapun bentuk dan caranya. Secara naluri sejak bayi kita sudah belajar menarik perhatian orang tua (atau orang lain) dengan cara menangis apabila kita lapar, haus, risih karena kotor, terganggu, tidak nyaman, dan sebagainya. Selanjutnya kita belajar merangkak, berdiri, berjalan, bicara, dan seterus nya sampai memasuki usia sekolah. Bahkan kita terus belajar sampai usia dewasa melalui pendidikan formal maupun non formal, dalam lingkungan keluarga maupun masyarakat. Dalam interaksi sehari-hari, sebenar nya kita mengalami proses saling belajar. Apakah kita menyadari hal ini atau tidak, itu adalah persoalan lain.
Begitu pula halnya dengan pencak silat, dalil umum yang berlaku apabila seseorang ingin “bisa” adalah BELAJAR. Sebagaimana hukum keseimbangan alam, maka apabila seseorang belajar, maka harus ada yang mengajar. Sampai saat ini saya masih belum meyakini sepenuh nya ada seseorang yang mampu menguasai pencak silat secara autodidak. Lain hal nya kalau aspek mistis sudah berbicara, karena itu sudah berada di luar koridor logika.
Dari secuil pengalaman saya belajar silat, bertemu dan bergaul dengan beberapa guru silat, para master tersebut rata-rata mengakui bahwa mereka banyak mendapat tambahan ilmu justru setelah MENGAJAR. Hal ini bisa terjadi karena setiap person mempunyai karakter, tenaga, bakat, hobi yang tidak sama. Paling tidak, apabila seorang guru silat mempunyai 10 orang murid maka beliau sudah belajar untuk mengenal 10 karakter.
Terlebih lagi para guru yang mengajar silat dengan penekanan pada “olah rasa”, makin banyak murid, makin banyak pula “perbendaharaan rasa” yang dimiliki sang guru. Sebagai murid, saya dengan yakin mengamini logika ini.
Dengan bermodal rasa ingin tau (dan selalu ingin tau), saya mecoba menerima satu-dua orang teman yang ingin belajar bersama, dengan niat berbagi sedikit pengalaman. Dan benar, tanpa menunggu waktu lama saya sudah mendapatkan banyak pelajaran dengan belajar dari teman-teman yang kata nya ingin belajar pada saya.
Apa saja yang saya pelajari dari pengalaman mengajar ini? banyak sekali, paling tidak :
- Bahwa mengajar itu tidak mudah, jadi saya belajar bagaimana cara mengajar
- Paling tidak saya belajar menunggu mereka datang, walaupun bukan jarang setelah menunggu sampai malam baru ada kabar via sms dengan bunyi : “Bang, maaf ya malam ini kita2 ga bisa dateng karena capek abis begadang…” 😀
Wassalam